Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang
Minggu, 22 Oktober 2017
Tulis Komentar
Perilaku menyimpang yang terjadi
dalam masyarakat tidak dapat dijelaskan
secara sederhana. Begitu
banyak sebab-sebab orang melakukan perilaku
menyimpang. Namun, kita
akan mencoba menganalisis apa sebab musababnya.
a.
Lingkungan Pergaulan
Jika seseorang bergaul dengan
sekelompok orang yang berperilaku
menyimpang dalam jangka
waktu yang lama, maka seseorang tersebut lambat laun akan berperilaku sama seperti kelompoknya. Dengan bergaul
seseorang mengamati
keadaan dari lingkungan kelompoknya.
Seiring waktu berjalan,
seseorang dengan sendirinya akan mensosialisasi apa saja yang menjadi
nilai dan norma yang dianut oleh kelompok tersebut. Jika lingkungan seseorang
mempertontonkan aneka perilaku
yang tidak sesuai
dengan nilai dan norma
yang berlaku dalam
masyarakat, maka dapat dipastikan bahwa
seseorang tersebut melakukan
hal serupa. Hal
ini disebabkan terjadinya
alih budaya (cultural
transmission) dari bentuk
menyimpang ke pada individu tersebut.
Di mana penerimaan individu terhadap
budaya baru ternyata
berlawanan dengan kaidah sosial
yang dipatuhi masyarakat. Oleh karena itu, individu
tersebut dinamakan menyimpang
(deviant). Biasanya yang menjadi korban adalah anak-anak. Mereka
belum mempunyai filter yang kuat untuk
memilah hal-hal baru yang datang kepadanya sementara teman pergaulannya tidak
intensif mensosialisasi nilai dan norma yang ideal.
Faktor inilah yang menjadi bahan
kajian teori penyimpangan sosial yang
dikemukakan oleh Edwin
H. Sutherland. Menurut Shuterland, individu mempelajari berbagai
perilaku menyimpang dari pergaulannya dengan
sekelompok orang yang
telah menyimpang. Pernyataan
inilah yang kemudian dikenal dengan teori
pergaulan berbeda (differential association). Misalnya, seorang anak bergaul dengan sekelompok anak
nakal di sekolah. Terdapat perbedaan
antara nilai-nilai dan norma yang diterapkan dalam keluarga
dengan nilai dan
norma yang terdapat
dalam kelompok anak nakal. Mereka
terbiasa berperilaku sesuka hati menyakiti temannya, dan lain-lain. Tanpa sadar
anak tersebut akan meniru
perbuatan teman-teman sekelompoknya. Walaupun
di dalam keluarga anak tersebut, dididik untuk bersikap baik.
b.
Dorongan Ekonomi
Kebutuhan dorongan ekonomi berpotensi menimbul- kan penyimpangan sosial.
Setiap orang mempunyai harapan-harapan untuk mempunyai penghidupan
yang lebih baik
terutama dalam bidang
ekonomi. Namun, keadaan ekonomi
yang baik ternyata
tidak mudah diwujudkan, diperlukan pengorbanan dan
perjuangan yang tidak mudah. Hal tersebut dapat mendorong orang berbuat jahat
yang dapat merugikan orang lain. Seperti mencopet, mencuri,
merampok, dan lain-lain.
Yang kesemua perbuatan tersebut
menyimpang dari tata nilai dan aturan dalam masyarakat.
c.
Keinginan untuk Dipuji atau Gaya-gayaan
Siapa yang tidak ingin dipuji
oleh orang lain? Tentu setiap orang ingin hasil karya atau tindakannya diakui dan dipuji oleh lingkungan sekitarnya, tidak
terkecuali dirimu. Dengan pujian orang lain, keberadaan kita sebagai manusia
diakui, harga diri, dan martabat kita menjadi meningkat. Perasaan inilah yang mendorong
orang melakukan penyimpangan sosial. Misalnya, supaya
dianggap anak yang
pandai, Anto berusaha menyontek saat ujian. Atau karena ingin dianggap
orang kaya Nita berpenampilan semewah mungkin. Walaupun untuk mendapat- kan
semua itu Nita harus melakukan cara-cara yang tidak halal. Anto yang berani
membolos saat pelajaran sekolah serta Toni yang merokok saat
istirahat. Mereka bangga
melakukan tindakan tersebut. Menurut
mereka tindakan membolos
dan merokok merupakan tindakan
yang layak mendapat pujian. Pujian akan keberanian mereka dalam melanggar
aturan sekolah. Terkadang seseorang
merasa bangga ketika
melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh orang lain, walaupun
tindakan tersebut melanggar norma dan
nilai. Inilah mengapa
rasa bangga dan keinginan akan
pujian mampu mendatangkan penyimpangan sosial.
Sungguh tindakan bodoh
jika hal ini
dilakukan oleh generasi muda
kita.
d.
Pelabelan
Apa yang dimaksud pelabelan? Lantas,
mengapa pelabelan mampu mendorong munculnya penyimpangan sosial? Cobalah diskusikan sejenak
dua pertanyaan di
atas dengan temanmu sebagai pengantar.
Istilah pelabelan dalam penyimpangan
sosial dikemukakan oleh Edwin M. Lemert.
Menurutnya, seseorang melakukan perilaku menyimpang karena diberi cap (label) negatif
oleh masyarakat. Semula dia hanya
melakukan penyimpangan primer
(primary deviation). Kemudian anggapan ini lebih dikenal dengan nama teori
pelabelan.
Misalnya, seorang siswa ingin
mendapatkan nilai baik dan mendapatkan prestasi yang gemilang. Pada saat ujian
dia berusaha menyontek. Namun, usahanya
diketahui oleh guru yang menjadi nilai
nol. Karena peristiwa
itu, teman-teman mengejek
dan mengolok-oloknya. Teman-teman selalu menceritakan kesalahan- nya
kepada siswa lain. Lambat laun dia dicap sebagai penyontek. Label itu melekat
pada dirinya dan seolah-olah menjadi identitas pribadi. Kini teman-teman
menjulukinya ”tuan sontek yang gagal”. Sebagai
reaksi pelabelan tersebut,
dia berusaha membuktikan bahwa dia ”penyontek yang lihai” pada setiap
kesempatan yang ada. Oleh karena itulah,
menyontek kini menjadi kebiasaannya setiap kali ujian. Bahkan dia menyiapkan
bermacam-macam cara menyontek agar tidak
ketahuan guru pengawas ujian.
e.
Gangguan Jiwa atau Mental
Gangguan jiwa atau mental seseorang mampu menjadi penyebab seseorang
tersebut melakukan perilaku
penyimpangan sosial. Pernahkah
kamu melihat orang gila? Bagaimanakah tingkah laku mereka? Terkadang tindakan mereka aneh dan
menggelikan serta memalukan. Berjalan
tanpa tujuan, tertawa dan berbicara sendiri, mencerca dan
memaki orang-orang di
dekatnya. Bahkan bertelanjang badan tanpa seutas pakaian di
sepanjang jalan. Pada kasus ini rusaknya kesehatan jiwa atau mental dapat
menjadikan seseorang berperilaku menyimpang.
Hal ini disebabkan
dalam kondisi sakit jiwa seseorang tidak mampu lagi memahami nilai dan
norma yang ada.
f.
Pengaruh Media Massa
Di era globalisasi
seperti saat ini
perkembangan media massa mengalami
kemajuan pesat. Pada
hakikatnya, media massa mempunyai kemampuan
kuat dalam memengaruhi
perilaku seseorang. Sebagaimana diungkapkan oleh Sudjito Sastrodiharjo yang
dikutip oleh Abdulsyani,
jika seseorang menonton
film tentang kekerasan, maka setelah selesai menonton film dia akan bersikap
seperti pelaku dalam film tersebut. Belum lagi pengaruh global penyebaran
narkoba serta gaya hidup permisif, materialistis dan konsumtif. Selain itu,
masalah kecanduan rokok, minuman keras dan gaya hidup bebas sekarang telah
memasuki bukan saja dunia remaja,
namun anak-anak SD
hingga bangku perguruan tinggi. Kenyataan-kenyataan ini
menunjukkan betapa besar pengaruh media massa bagi perilaku
seseorang.
Belum ada Komentar untuk "Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang"
Posting Komentar
Admin akan menghapus link aktif dalam bentuk apaapun