Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang



Perilaku menyimpang yang terjadi dalam masyarakat tidak dapat dijelaskan   secara   sederhana.   Begitu   banyak   sebab-sebab   orang melakukan   perilaku   menyimpang.   Namun,   kita   akan   mencoba menganalisis apa sebab musababnya.

a.   Lingkungan Pergaulan

          Jika seseorang bergaul dengan sekelompok orang  yang   berperilaku   menyimpang   dalam   jangka   waktu yang lama, maka seseorang tersebut lambat laun akan  berperilaku sama seperti kelompoknya. Dengan bergaul  seseorang   mengamati   keadaan   dari   lingkungan  kelompoknya.   Seiring   waktu   berjalan,   seseorang dengan sendirinya akan mensosialisasi apa saja yang menjadi nilai dan norma yang dianut oleh kelompok  tersebut. Jika lingkungan seseorang mempertontonkan  aneka   perilaku   yang   tidak   sesuai   dengan   nilai   dan  norma   yang   berlaku   dalam   masyarakat,   maka   dapat dipastikan   bahwa   seseorang   tersebut   melakukan   hal  serupa.   Hal   ini   disebabkan   terjadinya   alih   budaya  (cultural   transmission)   dari   bentuk   menyimpang ke pada   individu   tersebut.   Di   mana   penerimaan individu   terhadap   budaya   baru   ternyata   berlawanan  dengan kaidah sosial yang dipatuhi masyarakat. Oleh karena itu,  individu   tersebut   dinamakan   menyimpang   (deviant).   Biasanya  yang menjadi korban adalah anak-anak. Mereka belum mempunyai  filter yang kuat untuk memilah hal-hal baru yang datang kepadanya sementara teman pergaulannya tidak intensif mensosialisasi nilai dan norma yang ideal.
         
 Faktor inilah yang menjadi bahan kajian teori penyimpangan  sosial   yang   dikemukakan   oleh   Edwin   H.   Sutherland.   Menurut   Shuterland, individu mempelajari berbagai perilaku menyimpang   dari   pergaulannya   dengan   sekelompok   orang   yang   telah   menyimpang. Pernyataan inilah yang kemudian dikenal dengan teori   pergaulan   berbeda   (differential   association).   Misalnya,  seorang anak bergaul dengan sekelompok anak nakal di sekolah.   Terdapat perbedaan antara nilai-nilai dan norma yang diterapkan dalam   keluarga   dengan   nilai   dan   norma   yang   terdapat   dalam  kelompok anak nakal. Mereka terbiasa berperilaku sesuka hati menyakiti temannya, dan lain-lain. Tanpa sadar anak tersebut akan meniru   perbuatan   teman-teman   sekelompoknya.   Walaupun   di dalam keluarga anak tersebut, dididik untuk bersikap baik.

b.   Dorongan Ekonomi

     Kebutuhan dorongan ekonomi berpotensi menimbul- kan   penyimpangan   sosial.   Setiap   orang   mempunyai  harapan-harapan untuk mempunyai penghidupan yang  lebih   baik   terutama   dalam   bidang   ekonomi.   Namun, keadaan   ekonomi   yang   baik   ternyata   tidak   mudah  diwujudkan, diperlukan pengorbanan dan perjuangan yang tidak mudah. Hal tersebut dapat mendorong orang berbuat jahat yang dapat merugikan orang lain. Seperti mencopet,   mencuri,   merampok,   dan   lain-lain.   Yang kesemua   perbuatan   tersebut   menyimpang   dari   tata nilai dan aturan dalam masyarakat.

c.   Keinginan untuk Dipuji atau Gaya-gayaan 

Siapa yang tidak ingin dipuji oleh orang lain? Tentu setiap orang ingin hasil karya atau tindakannya diakui  dan dipuji oleh lingkungan sekitarnya, tidak terkecuali dirimu. Dengan pujian orang lain, keberadaan kita sebagai manusia diakui, harga diri, dan martabat kita menjadi meningkat. Perasaan inilah yang   mendorong   orang   melakukan   penyimpangan   sosial. Misalnya,   supaya   dianggap   anak   yang   pandai,   Anto   berusaha  menyontek saat ujian. Atau karena ingin dianggap orang kaya Nita berpenampilan semewah mungkin. Walaupun untuk mendapat- kan semua itu Nita harus melakukan cara-cara yang tidak halal. Anto yang berani membolos saat pelajaran sekolah serta Toni yang merokok   saat   istirahat.   Mereka   bangga   melakukan   tindakan tersebut.   Menurut   mereka   tindakan   membolos   dan   merokok merupakan tindakan yang layak mendapat pujian. Pujian akan keberanian mereka dalam melanggar aturan sekolah. Terkadang seseorang   merasa   bangga   ketika   melakukan   sesuatu yang   tidak  mampu dilakukan oleh orang lain, walaupun tindakan tersebut melanggar   norma   dan   nilai.   Inilah   mengapa   rasa   bangga   dan keinginan   akan   pujian   mampu   mendatangkan   penyimpangan  sosial.   Sungguh   tindakan   bodoh   jika   hal   ini   dilakukan   oleh generasi muda kita.

d.   Pelabelan
 
         Apa yang dimaksud pelabelan? Lantas, mengapa pelabelan mampu mendorong munculnya penyimpangan sosial? Cobalah diskusikan   sejenak   dua   pertanyaan   di   atas   dengan   temanmu sebagai pengantar.
         Istilah pelabelan dalam penyimpangan sosial dikemukakan  oleh Edwin M. Lemert. Menurutnya, seseorang melakukan perilaku  menyimpang karena diberi cap (label) negatif oleh masyarakat. Semula   dia   hanya   melakukan   penyimpangan   primer   (primary deviation). Kemudian anggapan ini lebih dikenal dengan nama teori pelabelan.
         Misalnya, seorang siswa ingin mendapatkan nilai baik dan mendapatkan prestasi yang gemilang. Pada saat ujian dia berusaha  menyontek. Namun, usahanya diketahui oleh guru yang menjadi nilai   nol.   Karena   peristiwa   itu,   teman-teman   mengejek   dan mengolok-oloknya. Teman-teman selalu menceritakan kesalahan- nya kepada siswa lain. Lambat laun dia dicap sebagai penyontek. Label itu melekat pada dirinya dan seolah-olah menjadi identitas pribadi. Kini teman-teman menjulukinya ”tuan sontek yang gagal”. Sebagai   reaksi   pelabelan   tersebut,   dia   berusaha   membuktikan  bahwa dia ”penyontek yang lihai” pada setiap kesempatan yang  ada. Oleh karena itulah, menyontek kini menjadi kebiasaannya  setiap kali ujian. Bahkan dia menyiapkan bermacam-macam cara  menyontek agar tidak ketahuan guru pengawas ujian.

e.   Gangguan Jiwa atau Mental
      
Gangguan jiwa atau mental seseorang mampu menjadi penyebab  seseorang   tersebut   melakukan   perilaku   penyimpangan   sosial. Pernahkah kamu melihat orang gila? Bagaimanakah tingkah laku  mereka? Terkadang tindakan mereka aneh dan menggelikan serta  memalukan. Berjalan tanpa tujuan, tertawa dan berbicara sendiri, mencerca   dan   memaki   orang-orang   di   dekatnya.   Bahkan  bertelanjang badan tanpa seutas pakaian di sepanjang jalan. Pada kasus ini rusaknya kesehatan jiwa atau mental dapat menjadikan seseorang   berperilaku   menyimpang.   Hal   ini   disebabkan   dalam kondisi sakit jiwa seseorang tidak mampu lagi memahami nilai dan norma yang ada.

f.   Pengaruh Media Massa

     Di   era   globalisasi   seperti   saat   ini   perkembangan   media   massa  mengalami   kemajuan   pesat.   Pada   hakikatnya,   media   massa mempunyai   kemampuan   kuat   dalam   memengaruhi   perilaku seseorang. Sebagaimana diungkapkan oleh Sudjito Sastrodiharjo  yang   dikutip   oleh   Abdulsyani,   jika   seseorang   menonton   film tentang kekerasan, maka setelah selesai menonton film dia akan bersikap seperti pelaku dalam film tersebut. Belum lagi pengaruh global penyebaran narkoba serta gaya hidup permisif, materialistis dan konsumtif. Selain itu, masalah kecanduan rokok, minuman keras dan gaya hidup bebas sekarang telah memasuki bukan saja  dunia   remaja,   namun   anak-anak   SD   hingga   bangku   perguruan tinggi.   Kenyataan-kenyataan   ini   menunjukkan   betapa   besar pengaruh media massa bagi perilaku seseorang.

Belum ada Komentar untuk "Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang"

Posting Komentar

Komentar Haruslah Sopan dan berhubungan dengan artikel, Seperti seputar pertanyaan dan curahan hati kalian juga boleh.
Admin akan menghapus link aktif dalam bentuk apaapun

Iklan Atas Artikel (Petak)

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2 (NewEceran)

Iklan Bawah Artikel (New Eceran)